Senin, 21 Juni 2010

PRAKTIK TEKNIK KONSELING SELF MANAGEMENT

PRAKTIK TEKNIK KONSELING SELF MANAGEMENT

A. KONSEP DASAR
Ada beberapa definisi dari self management, diantaranya “Self-management adalah proses dimana kilien mengarahkan sendiri perubahan tingkah lakunya dengan srategi terepeutik atau beberapa kombinasi strategi” (Cormier&Cormier, 1985:519). Self-management sebagai kontrol dari respon tertentu melalui stimulus yang dihasilkan dari respon lain pada individu yang sama yaitu melalui stimulus yang dibangkitkan oleh diri sendiri (Sydney W. Bijou, 1984). Mahoney&Thoresen mengatakan self-management berkenaan dengan kesadaran dan keterampilan untuk mengatur keadaan sekitarnya yang mempengaruhi tingkah laku individu (dalam Lutfi Fauzan, 1992:35).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa. Teknik perubahan perilaku self management merupakan salah satu dari penerapan teori modifikasi perilaku dan merupakan gabungan teori behavioristik dan teorikognitif social. hal ini merupakan hal baru dalam membantu konseli menyelesaikan masalah karena didalam tekhnik ini menekankan pada konseli untuk mengubah tingkah laku yang dianggap merugikan yang sebelumnya menekankan pada bantuan orang lain.
Tujuan dari self management adalah pengembangan perilaku yang lebih adatif dari konseli. Konsep dasar dari self management adalah :
1. Proses pengubahan tingkah laku dengan satu atau lebih strategi melalui pengelolaan tingkah laku internal dan eksternal individu.
2. Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku menjadi syarat yang mendasar untuk menumbuhkan motivasi individu
3. Partisipasi individu untuk menjadi agen perubahan menjadi hal yang sangat penting
4. Generalisasi dan tetap mempertahankan hasil akhir dengan jalan mendorong individu untuk menerima tanggung jawab menjalankan strategi dalam kehidupan sehari-hari
5. Perubahan bisa dihadirkan dengan mengajarkan kepada individu menggunakan ketrampilan menangani masalah.
A. KARAKTERISTIK
Menurut Cormier dan Cormier (1985) karakteristik dari self management, yaitu :
1. Kombinasi dari strategi mengelola diri sendiri biasanya lebih berguna dari pada sebuah strategi tunggal
2. Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial
3. Penggunaan penguatan diri sendiri merupakan komponen yang penting
4. Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus dipertahankan
5. Perlu ditetapkan target yang realistis dan kemudian dievaluasi
6. Dukungan lingkungan mutlak perlu untuk memelihara perubahan-perubahan yang merupakan hasil dari suatu program self management (Rosyidan, 1988)
B. TUJUAN
Agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Dalam arti individu dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan hal-hal yang baik dan benar.
C. ASUMSI DASAR
Perubahan tingkah laku yang didasarkan pada kemauan, kesadaran dan kemampuan individu sendiri akan lebih tahan lama. Karena individu menganggap bahwa keberhasilan tersebut bukan terjadi atas usahanya sendiri dan ada campur tangan orang lain yang berupa stimulus lingkungan, tetapi usaha diri sendirilah yang lebih berpengaruh.
D. RELEVANSI
Pada dasarya self management merupakan salah satu penerapan teori modifikasi perilaku gabungan behavioristik dan kognitif sosial. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan pada beberapa masalah terkait dengan diri sendiri dimana tingkah laku dapat dirubah berdasarkan kemauan sendiri. Self management dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar, mengontrol berat badan, mengurangi kebiasaan merokok, kebiasaan belajar yang buruk, kecemasan, dan mengurangi kebiasaan berkata jorok.
E. PRINSIP
1. Self regulation, individu cenderung menjadi waspada ketika perilaku mereka mendatangkan konsekuensi yang tidak diharapkan.
2. Self kontrol, individu tetap memiliki komitmen dan menjalankan program perubahan perilaku meskipun disalah satu sisi individu mengalami konsekuensi yang tidak mengenakan bagi dirinya
3. Self attibution, individu percaya bahwa dirinya bertanggungjawab atas terjadinya sesuatu dan yakin kesuksesan yang diraih karena kemampuan personalnya.
F. MANFAAT
1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal
2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan perasaan bebas dari kontrol orang lain
3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada individu maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi karena usahanya sendiri dan lebih tahan lama
4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan sendiri dan tidak tergantung lagi pada konselor untuk berurusan dengan masalah mereka
G. KENDALA
1. Tidak ada motivasi dan komitmen yang tinggi pada individu
2. Target perilaku seringkali bersifat pribadi dan persepsinya sangat subyektif terkadang sulit dideskripsikan, sehingga konselor sulit untuk menentukan cara memonitor dan mengevaluasi
3. Lingkungan sekitar dan keadaan diri individu dimasa mendatang sering tidak dapat diatur dan diprediksikan dan bersifat komplek
4. Individu bersifat independen
5. Konselor memaksakan program pada konseli
6. Tidak ada dukungan dari lingkungan.
H. PROSEDUR APLIKASI
Kesadaran untuk membuat perilaku lebih baik dari biasanya memang sulit, salah satu teknik untuk mengubahnya yaitu dengan teknik self management. Prosedur aplikasi dalam melakukan teknik ini, yaitu :
1. Melakukan pemantauan diri dan pengamatan
Memantau kegiatan sehari-hari perilaku apa saja yang telah kita amati, melakukan pengamatan dengan cara misalnya mencatat perilaku-perilaku yang ingin diubah, perilaku-perilaku yan ingin ditingkatkan.
2. Mengimplementasikan strategi pengendalian diri seperti, perencanaan lingkungan (modifikasi perilaku), pemberian tugas.
Perencanaan lingkungan melibatkan memodifikasi keadaan yang mendahului atau menimbulkan suatu tingkah laku, melalui perencanaan lingkungan seseorang akan belajar mengenali dan memodifikasi tingkah laku. Perencanaan lingkungan ini mencakup lingkungan keluarga konseli, lingkungan sekolah dan lingkungan kegiatan. Tidak selamanya lingkungan memberi dukungan terhadap strategi pengendalian diri yang dilakukan oleh konseli, oleh karena itu konseli dibantu oleh konselor mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegagalan modifikasi lingkungan. Misalnya dengan, memikirkan kompensasi-kompensasi yang akan dilakukan jika tidak berhasil menjalankan strategi awal, meminta tolong kepada orang tua, teman, guru untuk selalu membantu konseli dalam menjalankan strategi pengubahan tingkah laku yang ia jalankan.
3. Pemrograman seperti, kelola internal (self reinforcement, kritik diri), konsekuensi eksternal (kontrak pribadi dan pemberian hak-hak istimewa pada diri)
Menurut Thoresen dan Mahoney (1974), perilaku pemrograman adalah konsekuensi mengubah perilaku bukannya suatu peristiwa yang mendahului perilaku. Thoresen dan Mahoney mengutip contoh perilaku pemrograman sebagai konsekuensi perilaku internal adalah penggunaan self-pujian, megkritik diri dan memberikan kesan senang atau tidak senang terhadap citra mental. Sedangkan sebagai konsekuensi perilaku eksternal adalah mencakup kontak pribadi misalnya, (jika saya melakukan…., maka saya akan mendapatkan….), dan pemberian token economi. Hal ini akan sangat efektif dalam membantu konseli untuk melakukan pengubahan perilaku dan mempertahankannya.
Ditulis dalam Uncategorized | Tag: self management
MAKALAH APLIKATIF TEKNIK MODELING
MAWAR WILANTI (107 111 405 133)
LAILY FITRI ARDIANA (107 111 409 595)
ERWAN BUDI ASTOPO (107 111 406 845)
1. Identitas Layanan
• Jenis : Konseling Individu
• Fungsi : Kuratif dan developmental
• Masalah : Kurang Percaya Diri ketika berkomunikasi dengan teman sehingga kurang memiliki teman
• Sumber Media : – Konselor sebagai model dan motivator
- Teman sebagai model
- Ruang Konseling
• Waktu : 2 x 45 menit
• Pelaku : – Konselor
- Konseli
- Sahabat konseli (signification other ) yang bernama Meta
2. Gambaran Kasus
Dinda adalah siswa kelas XI IPS 2 semester ganjil. Dia sangat sulit berkomunikasi dengan teman- temannya. Sejak SMP dia tidak memiliki teman yang dekat dengannya. Hal ini terjadi terus menerus sampai akhirnya memasuki SMA Negeri Malang. Ketakutan Dinda untuk berkomunikasi atau berteman dengan teman- temannya dikarenakan dulu pada waktu ia duduk di bangku sekolah menengah pertama dia sempat berkenalan dan mengajukan diri untuk berteman. Namun hal itu ditolak dengan terang- terangan karena status ekonomi.
Hal tersebut membuatnya menjadi trauma untuk berteman dengan seseorang, karena ia takut kejadian pada waktu SMP terulang lagi di kehidupan sekarang. Ia berusaha menghilangkan ketakutannya dan ketidak pecayadiri yang ada pada dirinya dengan meminta bantuan kepada konselor agar percaya diri itu muncul pada dirinya. Sehingga ia memiliki banyak teman.
3. Kompetensi
• Konseli dapat menemukan dan menyadari nilainya sendiri.
• Konseli dapat meningkatkan rasa percaya diri yang selama ini hilang pada dirinya sendiri.
4. Tujuan
• Tujuan Umum
Konseli dapat menentukan nilai pribadinya sesuai dengan prosedur konseling.
• Tujuan Khusus
 Konseli dapat menerapkan nilai pribadinya tersebut dalam setiap pengambilan keputusan.
 Konseli dapat berinteraksi dalam situasi kelompok.
5. Indikator Kecapaian
• Konseli bersedia bersikap tidak acuh terhadap teman- temannya.
• Konseli bersedia untuk menanggapi pembicaraan temannya kepadanya.
• Konseli bersedia untuk tidak menghindari temannya.
• Konseli dapat memulai komunikasi dengan temannya.
• Konseli memiliki teman.
• Konseli dapat mengurangi rasa rendah diri dan kurang percaya diri yang ada di dirinya.
• Konseli dapat memulai komunikasi dalam situasi kelompok.
6. Aspek yang diamati
- Verbal
• Menyapa
• Mengucap salam
• Menanyakan kabar
• Bergurau
• Memanggil nama
- Non verbal
• Tersenyum
• Jabat tangan
• Menggandeng tangan
• Menepuk pundak
• Tos
• Angguk- angguk
• Melambaikan tangan
• Menatap mata lawan bicara
• Posisi duduk
• Mimik wajah
7. Kualitas Perkenalan
a. Perkenalan yang berkesan
Dalam hal ini ketika konseli memulai berkenalan dengan seseorang yang baru ia kenal, ia memiliki rasa kecocokan, kesamaan, dll. Yang pada akhirnya komunikasi tersebut berjalan secara berkelanjutan, sehingga hubungan perkenalan tersebut bisa berlanjut menjadi pertemanan, persahabatan, percintaan.
b. Hanya sekedar berkenalan
Dalam hal ini ketika konseli memulai berkenalan dengan seseorang yang baru ia kenal, konteks pembicaraan hanya sebatas terjadi pada saat itu saja. Misalkan ketika konseli menjalin komunikasi dengan seseorang dalam angkot.
8. Proses Penerapan
• Pertama
Dinda diminta oleh konselor untuk memperhatikan dan memikirkan apa yang harus ia lakukan sebelum model mendemonstrasikan
• Kedua
Meminta konseli untuk membawa temannya yang serupa (yang memiliki masalah hampir sama) agar dapat mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan (menghilangkan sifat tidak Percaya Diri), belajar memulai komunikasi dengan orang lain. Dalam memilih model tetap berdasar kesepakatan antara konselor dan konseli.
• Ketiga
Demonstrasi diperagakan oleh model (Meta sebagai Dinda dan konselor sebagai teman Dinda). Setelah itu Dinda di minta untuk memainkan perannya sendiri dengan didampingi konselor sebagai teman Dinda.
• Keempat
Dinda diminta untuk menyimpulkan hasil peragaan yang telah didemonstrasikan oleh model.
9. Refleksi
Konselor dapat menekankan bagian-bagian mana yang penting dari demonstrasi yang telah ditampilkan oleh Meta dan konselor. Dan kemudian Dinda diminta untuk mengulang tingkah laku yang telah diperagakan secara berkelanjutan sampai ia dapat melakukan hal tersebut secara nyaman. Apabila tingkah laku yang diharapkan belum muncul konseli didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.
LAMPIRAN
A. DAFTAR PERTANYAAN
1. Inggit
Apa yang dimaksut dengan tingkah laku neurotik learned?
2. Ribut
- Bagaimana teknik modeling itu diterapkan?
- Model apa sajakah yang dapat digunakan dalam teknik ini?
3. Latifa
- Barapa kali teknik modeling ini dilakukan sehingga dapat dikatakan berhasil?
- Salah satu tujuan teknik modeling adalah melaksanakan tekun-tekun respon yang semula terhambat/terhalang, apa maksut dari tekun-tekun respon itu?
4. Yuan
- Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi model?
- Apakah model yang digunakan hanya dari manusia saja?
5. Linda
- Tingkah laku muncul karena dipelajari, bagaimana bila tingkah laku maladaptif anak depelajari dari orang tuanya? Bagaimana cara mengubahnya ?
B. PENILAIAN PESERTA DISKUSI
Format penilaian aplikasi teknik modeling yang kami bagikan kepada teman-teman dengan responden yang mengisi format penilaian adalah 22 orang menunjukkan bahwa:
1. Kesesuaian dengan konsep
Baik = 17 orang
Cukup = 5 orang
2. Kesesuaian dengan tujuan
Baik = 5 orang
Cukup = 17 orang
3. Kesesuaian dengan prinsip
Baik = 6 orang
Cukup = 16 orang
4. Kesesuaian dengan manfaat
Baik = 6 orang
Cukup = 16 orang
5. Kesesuaian dengan kendala
Baik =2 orang
Cukup =20 orang
6. Kesesuaian dengan relevansi
Baik = 1 orang
Cukup = 17 orang
Buruk = 4 orang
7. Kesesuaian dengan prosedur aplikatif
Baik = 2 orang
Cukup = 18 orang
Buruk = 2 orang
8. Penguasaan materi
Cukup = 9 orang
Buruk = 13 orang
9. Kekompoak kelompok penyaji
Baik = 2 orang
Cukup = 19 orang
Buruk =1 orang
Ditulis dalam Acara & Tugas Kuliah PTK | Tag: konseling, modelling
Format Laporan Akhir
LAPORAN AKHIR
HALAMAN SAMPUL
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN
Pernyataan keaslian laporan yang ditandatangani mahasiswa yang bersangkutan
Bagian 1
POTRET DIRI
a. Identitas
b. Orang-orang yang berpengaruh penting
c. Peristiwa-peristiwa khusus yang mengubah diri saya
d. Hal-hal yang disukai dari diri saya
e. Hal-hal yang tidak disukai dari diri saya
f. Kelebihan saya
g. Kekurangan saya
h. Hal-hal yang saya cemaskan
i. Konflik-konflik yang pernah dan sedang saya alami
j. Hal-hal yang ingin saya ubah pada diri saya
k.Yang ingin saya dapatkan dari mata kuliah ini
Bagian 2
PROGRAM PENGEMBANGAN PRIBADI
a. Identifikasi perilaku yang tidak dikehendaki
b. Pendalaman aspek-aspek pribadi
c. Tujuan Pengembangan
d. Pilihan Teknik
e. Mekanisme Penerapan
f. Prosedur Evaluasi
g. Hasil
h. Analisis dan Bahasan
i. Simpulan
Bagian 3
LAPORAN REFLEKSI DIRI
a. Mengikuti kuliah
b. Tidak hadir kuliah
c. Dosen tidak hadir
Bagian 4
LAPORAN PRAKTIK INDIVIDUAL & TABEL APLIKASI TEKNIK
Tabel kecocokan aplikasi teknik
Behavioral contract
Thought stopping
Reinforcement
Modelling
Cognitive restructuring
Relaxation
Assertive training
Systematic desensitization
Meditation & recitation/prayer
Empty chair
Self-management
Value clarification
Peer counseling
Bagian 5
MAKALAH & REKAMAN HASIL DISKUSI KELOMPOK
a. Makalah Konseptual
b. Skenario
c. Hasil diskusi
d.Hasil analisis pengamatan peserta
Ditulis dalam Acara & Tugas Kuliah PTK

Pengertian Kecerdasan

Pengertian Kecerdasan

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis (menjadi professor). Pandangan baru yang berkembang : ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dll. yang harus juga dikembangkan.

Menurut Sumarya (2004) ada beberapa jenis kecerdasan antara lain antara lain: kecerdasan phisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. a. Kecerdasan phisik secara kasar dapat diartikan sehat secara phisik. anak-anak memperoleh perhatian yang memadai: perhatikan empat sehat lima sempurna (nasi atau roti, sayur, lauk-pauk atau daging, buah, susu),. Jangan sampai kesehatan phisik terganggu karena kurang gizi. Soal gizi bukan kenikmatan tetapi kelengkapan. Kesehatan phisik lebih mudah diperhatikan, dan menjadi kekuatan atau modal untuk menunjang kecerdasan-kecerdasan lainnya. b. kecerdasan intelektual kiranya secara umum dipahami dan ini yang bertahun-tahun menjadi tekanan pelakanaan proses pendidikan atau pembelajaran. Jika anak kurang gizi, maka sulit juga untuk menjadi cerdas secara intelektual. c. kecerdasan sosial, secara kasar dapat diartikan “orang dapat bergaul dengan siapapun dan dalam keadaan apapun”. Sekali lagi anak atau orang yang sakit- sakit atau tidak sehat secara phisik akan sulit juga untuk bersahabat atau bersaudara dengan siapapun dan apapun (baca kecerdasan emosi pada pekerjaan). Pada umumnya yang sakit-sakitan atau tidak sehat secara phisik lalu memperoleh perlakuan khusus yang mengarah ke pemanjaan alias menjerumuskan anak ke masa depan yang kurang membahagiakan atau mensejahterakan. d. kecerdasan emosional berarti orang mampu mengelola emosinya sendiri serta emosi yang lain. Emosi merupakan kekuatan yang harus dikelola dan disinerjikan sehingga bermanfaat untuk kesehatan atau kesejahteraan anak. Pelatihan untuk menghadapi dan mengelola aneka macam emosi perlu memperoleh tempat yang memadai. e. kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai ‘yang mampu mengasihi Tuhan dan sesamanya’. Kasih itu bebas, tanpa batas , dan kebebasan hanya dibatasi oleh kasih. Mengasihi berarti tidak melecehkan atau merendahkan yang lain, tetapi menghormati dan menghargai martabat harkat yang lain. Ingat: masing-masing dari individu ‘diadakan, dilahirkan, dibesarkan, dididik’ oleh dan dengan kasih, dan masing-masing dari kita adalah ‘buah kasih’ atau ‘kasih’. Jadi saling mengasihi mudah, setiap bertemu dengan orang berarti bertemu dengan kasih, saling kasih-kasihan.

Dari uraian tersebut diatas kecerdasan adalah kecerdasan terbagai ke dalam berbagai kecerdasan, sedangkan kecerdasan itu sendiri adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu untuk memecahkan sesuatu persolan.

rujukan buku :
Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.


Orientasi Perguruan Tinggi





Minggu, 20 Juni 2010